titik tengah INDONESIA,

ditandai persis ditengah sebuah situs Megalitikum berupa lingkaran Batu membentuk angka Nol bernama GARUGA. Ditengah lingkaran terdapat batu yang menjadi titik pertengahan INDONESIA.

Selamat datang di Umpungeng,

Sebuah kawasan yang terjaga kemurnian alamnya sejak dulu,kini dan Isnya Allah dimasa yang akan datang. Mari kita jaga Umpungeng agar tetap menjadi sumber mata air kita bersama.

GARUGAE, symbol titik tengah INDONESIA

Lingkaran Batu yang disebut Lalebata (Garugae) merupakan situs megalitikum peninggalan sejarah Bugis.

Batu Cinta

Lubang batu yang terbentuk secara alami oleh terpaan air di pinggir sungai Batuletengnge Umpungeng.

Alam Umpungeng

Menyimpan aneka flora dan fauna yang warna warni, mari nikmati kesejukan alamnya dan jaga kelestariannya.

Kawasan pertanian

Mayoritas warga Umpungeng berprofesi sebagai Patani,sebagian besar bertani Cengkeh, sisanya menanam kopi, fanili, kemiri, pangi dan berbagai jenis umbi umbian lainnya.

Pengrajin Gula Aren?

luas areal hutan pohon aren di kawasan Umpungeng mencapai 620 ha (4% dari luas hutan) menjadikan kawasan ini sebagai sentra Gula aren.

Kus kus

Kus-kus atau orang Umpungeng menyebutnya Memu adalah hewan yang paling ramah dan juga langkah, hidup di alam liar namun jinak sama manusia.

Burung Rangkong Sulawesi

Burung Rangkong (Alo bagi orang Umpungeng)merupakan salah satu hewan endemik di Kawasan Umpungeng yang dilindungi,mari kita jaga dan lestarikan keberadaannya

Rusa Sulawesi

Rusa jenis ini hidup berkelompok dan masih bisa dijumpai di kawasan Umpungeng, hanya saja warga sering melakukan perburuan liar yang mengakibatkan Rusa Sulawesi ini terancam punah. Ayo kita lindungi!

Kawasan resapan air

Aliran 5 sungai yang bermuara pada sungai langkemme menjadi pemasok utama irigasi pertanian untuk kawasan Kabupaten Soppeng dan sekitarnya.

Aliran sungai-sungai yang sejuk dan indah

Sungainya mengalir sepanjang tahun, disepanjang sungai dipenuhi tumbuh-tumbuhan herbal yang kaya manfaat untuk obat ataupun nutrisi bagi kehidupan kita.

Hamparan bukit Umpungeng

Deretan 3 bukit menyerupai manusia yang sedang terbujur (Wuju), Inilah tanah leluhur yang hampir luput dalam sejarah.

Pesona Keindahan Air Terjun

Kejernihan dan kebersihan airnya memberi kesegaran dan kesan alam yang kuat

Donasi Pohon Aren

Ayo berpartisipasi untuk menjaga sumber mata air bersama

Pembangunan Masjid Nol Satu

Sebagai sarana ibadah ditengah kesejukan alam sekaligus sbagai simbol titik pertengahan Indonesia.

CEO

SEO Links Exchanges, Blog Link Building Service Build Your Links For Free, Links Building Service SEO Links Attitude | Free SEO Links Building Free Backlink Service, Links Building 4 Free

Senin, 17 Agustus 2015

TITIK TENGAH INDONESIA (2)

"Hidup harmoni, selaras & seimbang"

Keberadaan simpul pertengahan ini merupakan semangat (sumange’na) dan harapan baru INDONESIA. Sejak Indonesia Merdeka 70 tahun silam yang diproklamirkan oleh dua orang tokoh paling berpengaru yang pernah ada di Indonesia yaitu Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta telah mengalami banyak dinamika dalam berbagai dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara. Perjalanan suksesi kepemimpinan Indonesia dari orde lama, orde baru, orde reformasi hingga saat ini diwarnai ketidak stabilan politik, ekonomi,keamanan bahkan kelunturan budaya keIndonesia an kita yang semakin tak berwujud. Apaka sesungguhnya penyebab dari gonjang ganjing yang mengakibatkan ketidak stabilan sepanjang sejarah kelahiran Negara ini. Banyak kemungkinan yang bdapat dijadikan argument penyebabnya antara lain:
  • Kwalitas sumberdaya manusia
  • System pertahanan dan keamanan
  • Sistem ketatanegaraan
  • Pengawasan yang lemah
  • Keadaan ekonomi 
  • Data base kependudukan yang tidak singkron dll.
Jika Negara ini diibaratkan sebuah permainan gasing, maka sejak handel tali yang melilitnya ditarik dan dilepas, sejak saat itu pula bola gasing yang bernama INDONESIA berputar  dan mencari titik tumpu yang dapat menahan dan menstabilkan perputarannya. Demikianlah Negara ini membutuhkan titik perputaran untuk menjaga agar rodah pemerintahan dapat berjalan dengan tenang,  warga memiliki kemerdekaan untuk berkreasi dan berkarya demi kemakmuran dan kesejahteraan bersama.
Apa urgensi titik? Tergantung dari sudut mana kita akan melihatnya. Jika saya seorang penulis, maka saya membutuhkan suatu titik untuk mengakhiri tulisan atau memulai kalimat baru. Bisa dibayangkan jika sebuah karya tulis tanpa titik sangat berpotensi menimbulkan kesalah fahaman diantara sesama pembaca.
Lantas kenapa titik tengah itu berada di Sulawesi Selatan? Sebagai mana kita sudah mahfun bersama bahwa Makassar merupakan City Center of Indonesia / Kota Pertengahannya Indonesia, Kota Sulawesi Selatan ini juga memiliki Bandara Internasional  yang sangat strategis melayani hampir semua provinsi di Indonesia baik Indonesia Barat, Indonesia Bagian tengah dan Indonesia bagian Timur dengan jarak tempu yang hampir sama. Kita juga menunggu proses pembangunan supermewah Wisma Negara INDONESIA di kawasan yang diberi nama “Center Pint Of Indonesia” (CPI) yang berlokasi di Pantai Losari  Makassa.
Terbentuknya wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Takdir / dan Ketetapan Allah sebagaimana tercamtum dalam kanum asasi Negara Kita  Undang Undang Dasar Negara Repulik Indonesia yang berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan yang Luhur”.  Dengan kata lain Negara ini memang sudah disiapkan untuk sebuah bangsa bernama INDONESIA melalui proses panjang yang akhirnya di Proklamirkan oleh Sukarno-Hatta. Maka jika anda percaya Takdir, ketetapan atau Karunia Allah maka sangat boleh jadi bangsa-bangsa yang lebih dulu pernah mendiami wilayah Nusantara ini juga memiliki keyakinan yang sama dengan keyakinan para pelaku sejarah bangsa Indonesia yang terdokumentasi dengan baik. Sangat boleh jadi orang-orang sebelum era perjuangan itu juga memiliki ingsting seorang Negarawan yang visioner sehingga dapat membaca kemungkinan hadirnya sebuah Negara kesatuan berikut dengan batas wilayahnya.  Jika asumsi ini benar maka sangat mungkin seorang bijak tempo doloe  telah menetapkan ikhtiar yang sempurnah untuk menyimpan atau memainkan symbol-symbol yang kelak akan menjadi panduan / pedoman bagi generasi sesudahnya. Sama halnya dengan para Perumus Proklamasi kemerdekaan kita yang telah membuat symbol-symbol  berupa Bendera Merah Putih yang berarti bangsa Indonesia harus Berani dan berjiwa Ikhlas atau suci, garuda yang berarti Bansa Indonesia harus berjiwa lima sila sebagai syarat untuk hidup di dalam Negara Kesatua Republik Indonesia, Monas yang berarti Bangsa Indonesia harus Berjiwa Nasionalis, Masjid Istiqlal yang berarti bangsa Indonesia harus Merdeka dan berdaulat  dan banyak lagi symbol-symbol berharga yang lainnya.    
Maka kini saat yang tepat menjelang Sholat Jum’at tgl 4 September 2015  pkl 10.30 saya perkenalkan sebuah symbol yang merupakan Jantung Indonesia. Di suatu kawasan yang hingga saat ini masih sangat terisolir meski berada di sebuah Kecamatan Kota bernama Lalabata di Kabupaten Soppeng. Kampung beradaban kuno Bugis bernama Tanah Rigella, Tanah Maradeka, Tanah Ancajingeng, Toddang Angin, Tanah Boccoe, Lalabata atau yang kini dikenal dengan nama Umpungeng.  
Umpungeng berasal dari kata Assisumpungeng yang berarti Silaturrahiim. Inilah tempat dimana pernah menjadi pusat pertemuan bangsa bangsa Bugis, Menggelar upacara-upacara pelantikan dan termasuk wilayah yang aman untuk persembunyian para tokoh penting seperti Arung Palakka.
Berbagai sudut pandang  kenapa tempat ini layak menjadi jantung atau titik Tengah Indonesia antara lain:                          
1.     Sosial budaya
Secara kultur masyarakat Umpungeng  meski tinggal di pegunungan namun tidak tinggi hati alias

tawaddu, mereka senang menolog dan menghargai orang lain. Hal ini menyebabkan orang Umpungeng disukai banyak orang dan bisa hidup dikalangan mana saja. Ini berarti orang Umpungeng memiliki magnet yang dapat menarik dan mepersatukan orang lain yang dalam istilah bugis disebut Mappasisumpungeng lolo / menyambungkan silaturrahiim. Kebiasaan sebagia orang Umpungeng  merantau  tidak menyebabkan lupa kampung halaman. Bahkan sebaliknya mereka senantiasa merayakan kesuksesan dirinya dengan mengadakan doa syukuran dan makan-makan besama dikampung disaat usaha atau pekerjaan mereka menjadi lebih baik. Ini teradisi dan budaya syukur dan berterima kasih terhadap kampung halaman yang masih lestari hingga saat ini.  Budaya pulang kampung bagi sebagian besar keturunan Umpungeng yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia juga selalu rutin pada setiap hari raya. Ini merupakan bukti kuat  bahwa Kampung Halaman  Umpungeng benar-benar memiliki magnet dan daya Tarik yang kuat sebagai titik pertemuan terhadap warga keturunan Umpungeng.   

2.       Sejarah
Dalam tinjauan sejarah, saya memiliki keterbatasa untuk menyajikan tulisan sejarah Umpungeng berdasarkan kaidah  keilmuan sejarah. Hal ini disebabkan karena belum lengkapnya data secara outentik bagaimana perjalanan sejarah umpugeng dari masa ke masa.  Namun berdasarkan penuturan asli dari salah seorang tokoh masyarakat Umpungeng, kita bisa membaca cerita asal mula nama (Mula Pattellareng na) Umpungeng (baca Sejarah Asal mula Umpungeng). Disamping hal tersebut saya bersama beberapa generasi muda Umpungeng terus bekerja mengumpulkan dokumen yang terkait demi menyempurnakan informasi sebelum disajikan kepada pembaca yang budiman.

3.       Letak Geografis
Posisi kampung Umpungeng berada di puncak salah satu dari tiga deretan bukit yang terbentang dari timur kebarat. Nampak menyerupai tubuh manusia yang tengah terbujur dengan posisi kaki di sebelah timur dan kepala di sebelah barat. Kampung Umpungeng terletak persis diatas puncak bukit bagian tengah. Ditengah tengah perkampungan ini terdapat situs megalitikum berupa lingkaran Batu yang dinamakan GARUGA e. Ditengah lingkaran tersebut terdapat satu batu yang menjadi tanda posi tanah (Pusat Tanah). Yang menarik adalah kampung Umpungeng diapit oleh dua sungai yang indah serta dikelilingi oleh Gunung yang ketinggiannya berkisar 1000 s.d 1500 dpl. 

Secara regional posisi Umpungeng berada diantara pusaran 5 Kabupaten dan 1 Kota Madya yang penduduknya merupakan Suku Bugis Asli  yakni Sebelah Barat terdapat Kab. Barru, Sebelah Utara terdapat Kodya Pare-Pare dan kabupaten Sidrap, sebelah Timur terdapat Kota Soppeng dan Kab.Wajo, Sebelah selatan terdapat Kab. Bone. Hal ini membuat Posisi Umpungeng memiliki posisi sebagai titik pusaran regional suku Bugis yang sangat strategis.  

Dalam sekala Nasional, posisi geografis Sulawesi Selatan sangat jelas sebagai Provinsi Pertengahan yang menjadi jembatan penghubung diantara Indonesia bagian Barat dan Indonesia bagian Timu, serta Indonesia Bagia Utara dan ujung selatan  Indonesia. Maka pembangunan Gedung Center Point of Indonesia yang saat ini sedang berlangsung di Pantai Losari Makassar merupakan salah satu reflexi Pemerintah untuk menunjukkan betapa penting memiliki titik keseimbangan / titik tengah Indonesia. Maka keberadaan sebuah situs tua di Umpungeng sebagai sebuah tanda pertengahan bukanlah suatu  kebetulan melainkan sudah di persiapkan oleh orang-orang terdahulu jauh sebelum Indonesia Terbentuk.  

4.       Batu sebagai titik
Batu memiliki karakter sebagai benda padat yang keras, di beberapa tempat bersejarah dan berpengaruh di berbagai belahan dunia ini umumnya terdapat tanda-tanda sejarah yang terbuat dari batu. Sebegitu pentingnya yang bernama batu, maka pernah berlalu suatu zaman di dunia ini yang masyarakat nya hanya mengenal batu sebagai alat utama, maka disebutlah era tersebut sebagai zaman batu. Bahkan saat ini zaman batu kembali menjadi primadona perhiasan bagi mayoritas masyarakat.

Secara khusus saya ingin perkenalkan sebuah batu yang orang menyebutya Batu Pertengahan (Posi Tanah)  pada Laleng Batu / Lalabata (dalam lingkaran Batu) bernama Garugae. Batu yang bentuknya biasa-biasa saja ini sepintas tidaklah bernilai apa-apa. Batu yang merupakan tanda pertengahan (Posi tanah) itu diletakkan persis pada posisi pertengahan. Yang istimewa menurut saya dari batu ini adalah karena saya selalu rindu untuk kembali menatapnya kemanapun saya berada. Apakah karena alasan tanah kelahiran? Faktanya banyak orang yang datang dari berbagai daerah yang datang khusus untuk melakukan hal yang sama dengan saya, baik mereka yang memiliki hubungan darah atau tidak. Saya semakin kagum dengan orang-orang terdahulu yang pernah hidup di Kampung ini yang dengan visi dan wawasan kebangsaanya dapat menjangkau banyak generasi berikutnya hingga terbentuknya satu Negara kesatuan yang berdaulat. Saya bangga kepada siapa pun yang telah meletakkan batu sederhana ini sebagai sebuah symbol yang telah membantu memori dan kesadaran kemanusiaanku  untuk senantiasa mengingat titik nadiku, titik nuraniku bahkan titik akhir dari kehidupan ku. Saya bersyukur karena telah dibentangkan dihapan mataku sebuah simpul kesadaran untuk memahami siklus kehidupan yang begitu tertata dan terencana ini (bagi yang mau merenungkan), TER lahir dari suatu tanah ancajingeng (kelahiran) TER sebar di atas bumi dan TER panggil kembali pada titik sebelum titik akhir kehidupan.
    
5.       Teknology Informasi
Dewas ini kita memasuki era globalisasi informasi dan technology, semua dapat tersaji dihadapan kita secara instan. Pengetahuan yang dulu kita peroleh secara manual dan terbatas kini bisa di konfrontir tingkat kebenaran dan akurasinya lewat bantuan technology. Sebuah tempat bernama GARUGAE yang dulu dikenal secara terbatas oleh warga Umpungeng dan sekitar kawasan sebagai Pusat Tanah Ancajingeng (Posi Tanah Kelahiran), dengan bantuan technology kini bisa di lihat dan ditandai secara akurat tempat tersebut di sebuah aplikasi canggih bernama Google earth. Sebagai informasi bahwa Google earth ini merupakan salah satu perangkat lunak berbasis internet yang dirancang oleh Keyhole Inc dan kemudian dikembangkan oleh perusahaan mesin pencari bernama Google.  Google earth membuat pemetaan bumi melalui superimposisi gambar yang didapatkan dari hasil pemetaan satelit, foto udara serta menggunakan globe GIS 3 D yang kemudian diolah oleh Google menjadi satu program aplikasi yang dapat di akses oleh jutaan pengguna dari seluruh dunia secara muda (user friendly) yang dapat membantu kita menemukan lokasi / dan tempat dimana saja kita mau.

Ini merupakan satu keajaiban bagi saya, terjadinya keselarasan diantara sebuah tanda (Pusat Tanah) manual yang sudah terlebuh dahulu dikenal dan dipersepsikan masyarakat lokal sebagai titik pertengahan tiba-tiba hadir sebuah aplikasi technology super canggih yang dapat membenarkan posisi tanda yang berada di Lalabata Umpungeng tersebut  sebagai Titik Tengah INDONESIA. Ini bukanlah suatu kebetulan dan pasti mengandung hikmah bagi orang yang mau merenungkan hakikat berdirinya sebuah Negara. Hidup adalah pilihan, Anda boleh percaya boleh juga tidak. Saya hanya merindukan INDONESIA kelak menjadi sebuah Negara yang berdiri kokoh, roda pemerintahannya stabil dan Masyarakatnya hidup tenang yaitu masyarakat yang menjaga titik keseimbangan hidup, masyarakat yang senantiasa rindu untuk kembali, senantiasa mengingat Qolbu “hanya dengan mengingat Allah hati akan tenang (QS ar-Ra’ad ayat 28 ”  

"Andai saja Tanda titik tengah ini tidak dikenal atau tidak diakui, maka sepatutnya Pemimpin Negeri ini membangun tanda atau icon  pemersatu, agar generasi muda bangsa Indonesia lebih mudah memahami pesan dari sila ke 3 Dasar Negara Indonesia, sebagaimana teknology komunikasi saat ini memanjakan para konsumen nya dengan fitur yang berupa icon-icon aplikasi" 

TITIK TENGAH INDONESIA (1)

"Bukanlah manusia yang baik yang mengabaikan hatinnya" Bukanlan bangsa yang baik yang mengabaikan Jantung Negaranya"
“Jangan mengaku orang Indonesia" sebelum anda menginjak Umpungeng”
(Putra Tanah Betara)

Titik tengah Indonesia, merupakan tag line yang saya sematkan untuk kampung halamanku Umpungeng. Istilah ini muncul jauh sebelum saya mengenal adanya bangunan yang dibangun di pantai Losari yang diprakarsai oleh Pemerintah Kota Madya Makassar diera pemerintahan Walikota Bapak Arif Sirajuddin.Saat itu saya masih ditempat perantauan di ibukota. Awalnya penulis hanya mengekspresikan perasaan rindu kampung halaman yang sudah lama ditinggal merantau. Suatu saat penulis mendapat foto kampung Umpungeng yang dibawa oleh seorang keluarga yang sedang tugas belajar di Ibukota bernama Sardi Laesang dari kampung. Menyaksikan beberapa foto tersebut membuat penulis takjub dan senang luar biasa. Bayangan tentang kampung halaman serta merta bermunculan kembali. Saya pun terdorong untuk mengembangkan imajinasi dan ingatan tentang kampung halaman yang dulu sangat akrab dengan ku. Dari sekian potensi yang berhasil saya ingat, ada satu hal yang saya rasakan getarannya sangat kuat energinya menarik-narik imajinasi dan perasaanku. Pusat bumi (Posina Tanae) sebuah batu yang terletak di tengah-tengah sebuah situs megalitik bernama Garugae. Maka aku saat itu langsung men design  sebuah gambar di computer kerjaku sebuah peta dan memberi titik persis di lokasi wilayah Umpungeng (belum menggunakan google earth)  dan membuat lapisan lapisan garis dari mulai titik tengah hingga ke lapisan terluar untuk mempertegas argument titik tengah kemudian memberi judul peta tersebut sebagai “mid pint of Indonesia”.

Dari menggambar peta tersebut terus merembet kebanyak hal yang menyangkut Umpungeng. Semua foto yang saya dapatkan dari keluarga tersebut saya edit dan design satu persatu sesuka hati. Belum puas dengan hanya mengedit foto, saya membuat akun khusus bernama Umpungeng di google dan membuat blog sederhan bernama http://umpungeng.blog.com untuk memposting foto-foto yang baru saja saya edit.  Karena merasa foto-foto yang ada masih sangat terbatas, untuk memuaskan hati, saya mulai berselancar di mesin pecari data di google.com untuk mencari foto-foto yang berasal dari Umpungeng dan sekitarnya. Namun usaha siang dan malam sepulang kerja hingga larut malam ingin menemukan foto lewat internet sia-sia. Tidak satu pun foto yang saya dapatkan, sedih karena tidak ada foto, sedih karena menyadari betapa kampung halamannku masih jauh dari sentuhan teknologi.
Suatu saat saya mencoba memperkenalkan kampung halamanku lewat peta google earth kepada beberapa mahasiswa eropa yang sedang tugas belajar di tempa saya bekerja. Saya mencoba zoom in dan mengutak-atik peta bola dunia di layar monitorku namun tidak berhasil menemukan tanda yang jelas. Akhirnya dua orang Mahasiswa tersebut meminta ke saya untuk gantian menunjukkan lokasi masing-masing kampung halamannya di Negara Polandia dan Serbia. Tidak lama kemudian dengan bangganya mengatakan ke saya “Sir. Look at that place, that is my home town” sambal menunjuk lokasi persisnya di map. “ what about your place? I thing your village is not discovered yet by technology”. Belum puas ngatain begitu mereka lanjut lagi dengan mengatakan “I thing your village in the jungle with wild animal there, isn’t it?” sambil tertawa lepas h h h.

Hal pula yang mungkin penyebab kenapa saya tidak pernah cerita ke teman-teman kantor saya tentang kampung halaman, ada perasaan khawatir dicemooh dan mereka akan menanyakan detil dimana persis lokasinya di peta. Hingga saya menyatakan pengunduran diri saya dari kantor, tidak satu pung teman kantor saya yang tau kalau sesungguhnya saya berasal dari tengah hutan rimba. 

Sejak saya mendapat foto itu, rasa rinduku terhadap kampung halaman ku semakin kuat, hari-hariku kujalani dengan menulis artikel tentang kampung halam yang saya ingat atau saya karang, untuk selanjutnya saya posting di blog. Berbagai ide dan gagasan tentang bagaimana semustinya mengembangkan kampung halaman dengan kekayaan potensi sumber daya alam seperti di Umpungeng  ini terus mengalir dalam hayalanku. Setelah berlangsung sekian lama dibayang-bayangi oleh keindahan panorama kampung halaman, saya mendapat tugas baru ke sebuah pulau terbaik dan terindah di Indonesia bernama Pulau Bintan. Disana saya banyak belajar tentang konsep pendidikan kepariwisataan berbasis ASEAN Standard Competency. Saya pun mulai tertarik mempelajari apa yang dimaksud dengan ecotourism. Aku menemukan bahwa konsep ini sangat relevan dengan kampung halamanku andai suatu saat akan di kembangkan sebagai destinasi pariwisata.

Dari sini saya mulai mengenal system aplikasi map canggih bernama google earth milik google. Saya pun mempelajari tehnik dan cara kerjanya. Setelah beberapa waktu, saya membuka akun khusus kampung Umpungeng di aplikasi Google earth yang saat itu masih terpisah dengan google.com dan menandai  posisi yang saya tebak karena belum detilnya lokasi. Maklum saat itu hanya bagian perkotaan saja yang saat itu bisa terlihat dipeta secara detil.  Kota Soppeng sebagai kota kabupaten ku pun belum tercover secara detil. Alhasil Umpungeng sukse didaftar di google earth dengan gambar yang sangat terbatas.

Dari sinilah awal mula saya tersadar bahwa selain Tanda yang saya buat di tengah lingkaran Situs megalitik Garuga e di Umpungeng berada persis ditengah-tengah peta juga berada persis di tengah huruf permulaan I dari kata INDONESIA, yang berarti posisi tanda  pertegahan secara otomatis melekat pada Posisi Nama Negara Indonesia yang disematkan oleh www.google.com   

Dari sini saya menemukan keajaiban, berbagai sudut pandang yang selaras dengan symbol titik tengah tiba-tiba bermunculan dalam benakku. Tiba-tiba aku sangat takjub dengan kampung halamannku, tiba-tiba aku sangat kagum dengan para leluhurku yang dengan kehebatan dan kekuatan insting kepemimpinannya telah meletakkan sebuah TANDA satu buah batu pertengahan di tengah lingkaran batu-batu besar itu, yang selaras dengan namanya, selaras dengan tekstur gunungnya, selaras dengan posisi regionalnya, selaras dengan letak geografi nasionalnya  dan selaras dengan Teknologi teranyar diabad ini bernama google earth.

“kalau sebua rodah kendaraan saja membutuhkan lubang penyeimbang persis di titik tengah untuk menjaga perputaran roda yang stabil dan nyaman. Bagaimana roda pemerintahan sebuah  Negara yang besar seperti Indonesia ini?”

Jika Darah yang mengalir dalam tubuhmu MERAH dan Tulang yang mengokohkanmu berdiri itu warnah PUTIH, maka tuan pasti tau jawabannya.